10
tahun dari sekarang saya bisa memiliki rumah, mobil, pekerjaan mapan, dan
pastinya keluarga yang bahagia. Saya punya impian. Anda juga punya impian. Lalu
apa impian Anda?
On Progress. ^_^ |
Sekarang saya ada pada tahap baru saja akan memulai
impian saya. Menikah. Persiapan untuk menikah tidaklah mudah.
Selain persiapan untuk acara pernikahan dan mental kita sendiri, kita harus
memikirkan juga kehidupan setelah menikah. Membangun rumah, membeli segala
perabotan, membayar cicilan rumah rutin setiap bulannya belum lagi biaya untuk
acara pernikahan. Kami berdua sama-sama bekerja, tidak mungkin kami melimpahkan
sepenuhnya kepada keluarga kami, kepada kedua orangtua kami. Jujur saja, pasangan saya dan saya cukup
tercengang dengan dana yang kami harus keluarkan dan akan kami keluarkan. Tapi
tentunya tidak masalah jika kami sudah lama menabung.
Bisa dikatakan saya lumayan mampu dalam mengontrol
keuangan saya, tapi pasangan saya baru bisa mengontrol setelah ada rencana
pernikahan. Dia bercerita kepada saya, selama 3 tahun bekerja, tabungannya sama
besarnya dengan saya. Saya sangat kaget. Bukannya apa, penghasilannya dua kali
lipat dari saya. Dia menetap di dekat
daerah kerjanya, pulang ke rumahnya yang di palembang sekali sebulan,
sementara saya harus bolak balik palembang-baturaja tiap akhir pekan. Saya
dengan kulit sensitif saya harus perawatan kulit juga, sementara dia seperti
pria pada umumnya, tidak terlalu masalah dengan kulitnya, tidak perlu perawatan
kulit. Masih banyak lagi pemikiran yang membuat saya bertanya-tanya kepadanya,
“kok bisa abang sampe gak bisa nabung? Padahal lebih banyak gaji abang dari
pada saya”. Dia menjelaskan bahwa begitulah hidup sebagai bujangan. Boros.
Entah kemana saja uangnya. Kalau makan keluar, sesama bujangan seperti mereka
akan saling membayari teman-temannya. Belum lagi perkembangan gadget semakin
pesat, hasrat untuk membeli gadget baru pun tak tertahankan. Saya yang kaget
mulai bertanya-tanya pada teman-teman saya yang pria dan masih bujangan juga,
apa benar mereka seperti itu. Kebanyakan dari mereka memang seperti itu. Belum
lagi bagi mereka yang merokok, atau yang hobi modifikasi motor atau mobil, atau
mereka yang selalu fitness. Ada biaya lebih yang harus mereka keluarkan bahkan
tak jarang lebih besar pengeluaran mereka daripada gaji mereka. Ibarat kata
pepatah, ‘lebih besar pasak daripada tiang.’
Jika mereka sudah mepet, kadang mereka meminjam dengan teman mereka.
Siapa yang tak ingin furnitur cantik seperti ini? |
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,
oleh karena itu sangatlah penting perencanaan pengelolaan keuangan kita. Yang
sudah merencanakan keuangan saja kadang masih saja ada pengeluaran tak terduga,
apalagi yang tidak merencanakan atau mengelola keuangan dengan baik. Bisa-bisa
nanti langsung melarat.
Saya pernah mendengarkan siaran di radio, pada saat
itu mereka sedang melakukan siaran langsung
dengan salah satu pakar manajemen keuangan. Kebetulan sekali saat itu
topik pembicaraan mereka tentang manajemen keuangan pribadi. Sang pakar (yang
saya lupa namanya) menyarankan kepada para pendengar untuk membuat neraca
keuangan pribadi. Hal ini dimaksudkan agar kita mengetahui apakah kita sudah
sehat secara finansial atau “bangkrut”.
Saya juga tertarik kepada salah satu acara motivasi
yang dipandu oleh motivator cantik Merry Riana di salah satu stasiun TV swasta
yang pada saat itu membicarakan pengelolaan keuangan. Para motivator
menyarankan untuk membuat pos masing-masing keperluan kita. Saat kita
mendapatkan gaji, kita langsung membagikannya ke pos-pos pengeluaran rutin kita
dan tabungan kita. Saya setuju sekali dengan cara ini. sangat membantu.
Tidak dapat dipungkiri, kita sangat membutuhkan
edukasi pengelolaan keuangan dalam merencanakan keuangan kita. Kita punya impian masing-masing yang ingin
dicapai yang mungkin membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kita juga tidak tahu
apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin akan ada biaya pengeluaran tak
terduga yang diperlukan. Jika tidak
dikelola dengan baik, mungkin kita bisa terseok-seok dalam pembiayaannya. Seperti saat membangun rumah, awalnya saya pikir,
bangun rumah saja, tak terlintas biaya untuk isi rumahnya. Membeli perabotan,
furnitur, dekorasi, dan barang-barang elektroniknya. Butuh biaya besar untuk mencukupi
itu semua, namun sistem kredit bisa menjadi salah satu solusinya.
Banyak lembaga perbankan maupun perusahaan penyedia
jasa pembiayaan multiguna di Indonesia menyediakan sistem kredit untuk
pembelian gadget, furnitur, maupun rumah. Ada baiknya dalam memilih kreditur,
kita harus benar-benar selektif. Bukannya apa, tapi bagi orang awam, tentunya
kita tidak terlalu mengerti dalam sistem kredit. Salah satu perusahaan pembiayaan multiguna adalah Home Credit.
Home Credit hadir dengan beragam pilihan produk yang
dapat difasilitasi seperti gadget, furnitur, handphone, televisi, peralatan
rumah tangga, jam tangan, komputer atau laptop. Tidak hanya itu saja, Home
Credit bekerja sama dengan berbagai gerai-gerai ternama seperti IKEA, Informa,
Home Solution, Erafone, Electronic Solution, Electronic City, Hypermart, Lotte
Mart, iBox, dan masih banyak lagi. Belum lagi promosi-promosi menarik yang ditawarkan
oleh Home Credit, semakin membantu konsumen dalam membeli keperluannya.
Sebagaimana yang diusung oleh Home Credit, solusi
pembiayaan Home Credit mudah, praktis, dan cepat, sehingga wajar saja jika
dilihat dari ulasan konsumen Home Credit di website Home Credit Indonesia ,
semuanya memberikan tanggapan yang positif. Pengajuan kredit yang sederhana dan
pembiayaan kredit per bulan yang tidak
membebani konsumen dan mempermudah konsumen mendapatkan barang idamannya,
menjadikan Home Credit sebagai salah satu perusahaan internasional penyedia
jasa pembiayaan multiguna di Indonesia berkomitmen menjadi yang pertama dan
pilihan terpercaya bagi konsumen.
Solusi Pembiayaan Home Credit adalah mudah, praktis, dan cepat. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar