Kamis, 30 Juni 2016

BELAJAR MENGELOLA KEUANGAN DEMI IMPIAN

10 tahun dari sekarang saya bisa memiliki rumah, mobil, pekerjaan mapan, dan pastinya keluarga yang bahagia. Saya punya impian. Anda juga punya impian. Lalu apa impian Anda?
On Progress. ^_^

Sekarang saya ada pada tahap baru saja akan memulai impian saya. Menikah. Persiapan untuk menikah tidaklah mudah. Selain persiapan untuk acara pernikahan dan mental kita sendiri, kita harus memikirkan juga kehidupan setelah menikah. Membangun rumah, membeli segala perabotan, membayar cicilan rumah rutin setiap bulannya belum lagi biaya untuk acara pernikahan. Kami berdua sama-sama bekerja, tidak mungkin kami melimpahkan sepenuhnya kepada keluarga kami, kepada kedua orangtua kami.  Jujur saja, pasangan saya dan saya cukup tercengang dengan dana yang kami harus keluarkan dan akan kami keluarkan. Tapi tentunya tidak masalah jika kami sudah lama menabung.
Bisa dikatakan saya lumayan mampu dalam mengontrol keuangan saya, tapi pasangan saya baru bisa mengontrol setelah ada rencana pernikahan. Dia bercerita kepada saya, selama 3 tahun bekerja, tabungannya sama besarnya dengan saya. Saya sangat kaget. Bukannya apa, penghasilannya dua kali lipat dari saya. Dia menetap di dekat  daerah kerjanya, pulang ke rumahnya yang di palembang sekali sebulan, sementara saya harus bolak balik palembang-baturaja tiap akhir pekan. Saya dengan kulit sensitif saya harus perawatan kulit juga, sementara dia seperti pria pada umumnya, tidak terlalu masalah dengan kulitnya, tidak perlu perawatan kulit. Masih banyak lagi pemikiran yang membuat saya bertanya-tanya kepadanya, “kok bisa abang sampe gak bisa nabung? Padahal lebih banyak gaji abang dari pada saya”. Dia menjelaskan bahwa begitulah hidup sebagai bujangan. Boros. Entah kemana saja uangnya. Kalau makan keluar, sesama bujangan seperti mereka akan saling membayari teman-temannya. Belum lagi perkembangan gadget semakin pesat, hasrat untuk membeli gadget baru pun tak tertahankan. Saya yang kaget mulai bertanya-tanya pada teman-teman saya yang pria dan masih bujangan juga, apa benar mereka seperti itu. Kebanyakan dari mereka memang seperti itu. Belum lagi bagi mereka yang merokok, atau yang hobi modifikasi motor atau mobil, atau mereka yang selalu fitness. Ada biaya lebih yang harus mereka keluarkan bahkan tak jarang lebih besar pengeluaran mereka daripada gaji mereka. Ibarat kata pepatah, ‘lebih besar pasak daripada tiang.’  Jika mereka sudah mepet, kadang mereka meminjam dengan teman mereka.

Siapa yang tak ingin furnitur cantik seperti ini?

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, oleh karena itu sangatlah penting perencanaan pengelolaan keuangan kita. Yang sudah merencanakan keuangan saja kadang masih saja ada pengeluaran tak terduga, apalagi yang tidak merencanakan atau mengelola keuangan dengan baik. Bisa-bisa nanti langsung melarat.
Saya pernah mendengarkan siaran di radio, pada saat itu mereka sedang melakukan siaran langsung  dengan salah satu pakar manajemen keuangan. Kebetulan sekali saat itu topik pembicaraan mereka tentang manajemen keuangan pribadi. Sang pakar (yang saya lupa namanya) menyarankan kepada para pendengar untuk membuat neraca keuangan pribadi. Hal ini dimaksudkan agar kita mengetahui apakah kita sudah sehat secara finansial atau “bangkrut”. 
Saya juga tertarik kepada salah satu acara motivasi yang dipandu oleh motivator cantik Merry Riana di salah satu stasiun TV swasta yang pada saat itu membicarakan pengelolaan keuangan. Para motivator menyarankan untuk membuat pos masing-masing keperluan kita. Saat kita mendapatkan gaji, kita langsung membagikannya ke pos-pos pengeluaran rutin kita dan tabungan kita. Saya setuju sekali dengan cara ini. sangat membantu.
Tidak dapat dipungkiri, kita sangat membutuhkan edukasi pengelolaan keuangan dalam merencanakan keuangan kita.  Kita punya impian masing-masing yang ingin dicapai yang mungkin membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin akan ada biaya pengeluaran tak terduga yang diperlukan.  Jika tidak dikelola dengan baik, mungkin kita bisa terseok-seok dalam pembiayaannya. Seperti saat membangun rumah, awalnya saya pikir, bangun rumah saja, tak terlintas biaya untuk isi rumahnya. Membeli perabotan, furnitur, dekorasi, dan barang-barang elektroniknya. Butuh biaya besar untuk mencukupi itu semua, namun sistem kredit bisa menjadi salah satu solusinya.
Banyak lembaga perbankan maupun perusahaan penyedia jasa pembiayaan multiguna di Indonesia menyediakan sistem kredit untuk pembelian gadget, furnitur, maupun rumah. Ada baiknya dalam memilih kreditur, kita harus benar-benar selektif. Bukannya apa, tapi bagi orang awam, tentunya kita tidak terlalu mengerti dalam sistem kredit. Salah satu perusahaan pembiayaan multiguna adalah Home Credit.
Home Credit hadir dengan beragam pilihan produk yang dapat difasilitasi seperti gadget, furnitur, handphone, televisi, peralatan rumah tangga, jam tangan, komputer atau laptop. Tidak hanya itu saja, Home Credit bekerja sama dengan berbagai gerai-gerai ternama seperti IKEA, Informa, Home Solution, Erafone, Electronic Solution, Electronic City, Hypermart, Lotte Mart, iBox, dan masih banyak lagi. Belum lagi promosi-promosi menarik yang ditawarkan oleh Home Credit, semakin membantu konsumen dalam membeli keperluannya.
Sebagaimana yang diusung oleh Home Credit, solusi pembiayaan Home Credit mudah, praktis, dan cepat, sehingga wajar saja jika dilihat dari ulasan konsumen Home Credit di website Home Credit Indonesia , semuanya memberikan tanggapan yang positif. Pengajuan kredit yang sederhana dan pembiayaan kredit per bulan  yang tidak membebani konsumen dan mempermudah konsumen mendapatkan barang idamannya, menjadikan Home Credit sebagai salah satu perusahaan internasional penyedia jasa pembiayaan multiguna di Indonesia berkomitmen menjadi yang pertama dan pilihan terpercaya bagi konsumen.
Solusi Pembiayaan Home Credit adalah mudah, praktis, dan cepat.