Minggu, 20 Mei 2012

Cerpen : "PAGE 128"


nah ini dia cerpen yang gue bilang bagus. Karyanya Agnes Davonar . Dan in boleh forward dari blognya mbak Agnes. BAGUS BANGET! Coba baca deh!

PAGE 128 :



128. tiga angka yang menurutku tidaklah luar biasa. Tapi bagi seseorang yang aku temui, yang setiap harinya meminjam buku di toko buku milikku, itu seperti hal yang aneh.  Aku ga pernah tau? Mengapa dia menyukai angka itu. Dari angka nomor apartementnya sampai angka motornya pun bernomor nyaris 128. Ketika aku Tanya? dia selalu diam dan tidak pernah mau menjawab.
Jadi, namaku angel. anak yang diwariskan memiliki toko sewa buku komik dan novel sederhana miliki ayahku. Letaknya tidak jauh dari kampus yang lumayan terkenal. Ya merekalah, orang-orang yang ditargetkan menjadi pelanggan setia toko buku ini. aku baru saja 2 bulan membantu ayahku ketika lulus dari sekolah. Karena aku tidak suka belajar jadi aku ingin berkerja membantu ayah disini. Ayah tiba-tiba harus pindah ke kampung karena menjaga nenek kami yang mulai sakit diabetes. Ia sangat mencintai ibunya, tapi toko harus berjalan karena itulah salah satu cara kami membantu biaya nenek.
2 bulan disini , setiap pelangganku selalu sama. Tapi yang paling sering kujumpai hanya seorang pria yang menurutku tidak memiliki model muka pembaca buku.  Wajahnya putih, bertindik anting di telinga dan mulutnya. Pakaiannya gak rapi terkesan punk. Rambutnya sedikit berwarna kuning ala boy band korea.  Setiap datang, ia selalu memilih untuk membayar uang baca di toko buku kami. Ya toko buku kami juga menyediakan kafe isinya minuman ringan sambil membaca buku. Cukup membayar minuman dan sedikit uang receh ia boleh membaca buku gratis selama 2 jam. Dibatasi! Karena kalau terlalu lama akan merugikan pelanggan lain yang hendak membaca.
Seperti biasa orang itu datang pada toko buku kami. Selalu tepat. Pukul 12. Lewat 8 menit. Unikkan, sambil menyerahkan kartu membernya kepadaku dengan nomor pesanan dia 128.
Chandra –umur 21.  Lalu iya memberikan uang berserta minuman yang ia pilih. Kopi susu.  Biasanya jam siang seperti ini toko buku akan sepi karena mahasiswa dan pelanggan hanya akan datang pada sore hari. Ia hanya seorang diri dengan beberapa pelanggan lain yang memang khusus menghabiskan waktu untuk istrirahat kerja.  Lantai toko buku milikku ada dua, lantai satu khusus komik dan lantai dua khusus novel. Ia selalu memilih lantai 2 dan mengambil tempat duduk di ruangan itu sambil minum kopi. Aku menyerahkan kopi pesanannya ke meja sambil melihatnya membaca novel.
Lucunya hanya halaman 128 yang ia baca.  Karena iseng aku pun bertanya.
“ Kak, kalau aku perhatikan. Kok setiap kesini bacanya Cuma satu halaman novel yang angkanya 128 sih. Ada yang special ya dengan angka itu?”
“ gak special sih, Cuma emang aku memang khusus membaca halaman ini saja?”
“ kayaknya uda dua minggu ini selalu disini ya.. uda berapa banyak novel yang kakak baca disini?”
“ oh ya, jangan panggil aku kakak, panggil aja Chandra..”
“ oo., maaf Chandra..”
“ kamu Angel kan.. “ tebaknya dan aku tersenyum.
“ Angel boleh aku Tanya?” katanya dan aku mengatakan “ silakan..”
“ berapa sih jumlah novel kamu disini..?”
“ semuanya..? “ tanyaku balik.. “ iya semuanya..”
“ wah seinget aku bisa sampai ribuan. .angka pastinya mungkin 3000an.. kenapa ya Chan?”
“ waduh banyak juga ya.. kalau gitu aku harus baca semuanya..”
Aku tersenyum geli, merasa aneh dengan penegasannya.
“ ngapain baca semua novel disini, sampai setahun juga gak akan habis tau..”
“ ya itulah,. aku harus baca semuanya.. bingung dijelasin.. mungkin nanti kapan-kapan aku jelaskan.. “
Seseorang muncul dalam toko buku, sepertinya pelanggan dan aku harus melayani.
“ baiklah.. kalau begitu aku kerja dulu , selamat menikmati minumannya..”
“ thks..”
2 jam, itu waktu yang ia lakukan untuk membaca novel yang ia mulai dari rak paling atas dari setiap sudut lemari buku. Mungkin ia hanya mampu membaca 100 buku saja untuk setiap harinya. Sebagai pelanggan yang baik, ia selalu merapikan setiap hal yang ia baca. Ketika usai, ia mengambil kartu membernya dan mengatakan sesuatu padaku.
“ angel, aku pergi dulu ya.. oh ya, sekali lagi boleh aku minta tolong.?”
“ boleh..”
“ tolong ingatkan aku ya. Kalau aku sudah baca seluruh rak bagian atas lemari 1. Jadi kalau aku datang, dikasih tau.. maaf merepotkan.”
“ oh ya pasti..” kataku dan jumlah lemari novel kami ada sekitar 10 lemari.
Dia pun pergi dengan melempar senyum, berlalu dengan motornya. Menyimpan sejuta misteri padaku. Hal yang membuatku merasa aneh. Aku tau, ia akan datang pada saat waktu yang tepat.  Mungkin besok atau lusa. Dan harus tepat pukul 12 lewat 8 menit bila lewat, ia akan memilih untuk tidak membaca dan pergi berlalu dan itu sudah kuperhatikan sejak 2 minggu lalu ia disini. Ia sudah telat 5 kali dan membatalkan kunjungan hanya karena perbedaan waktu.

Keesokan harinya..
Ia muncul ditengah hujan. Mendung dan petir yang meledek. Karena basah kuyup. Aku pun meminjamkan handuk untuk membersihkan basah ditubuhnya. Ia melempar senyum dan mengucapkan terima kasih.
“ hari ini aku telat ya.. ?”
“ iya uda lewat 15 menit..”
“ ya sayang banget..”  keluhnya. Dan aku menjadi penasaran.
“ chan.. kenapa sih harus 12. Lewat 8 menit. Kan bukan masalah juga toh?”
“ buat aku masalah ngel.. masalah janji.. baiklah supaya kamu tidak bosan dan mungkin bisa bantu aku.. aku cerita saja ya..’
“ dengan senang hati.. tunggu aku ambil  kopi hangat.. gratis buat kamu..”
Setelah mengajaknya duduk di sofa dekat meja kerjaku. Lalu meletakkan segelas kopi hangat. Lalu aku membiarkan ia bercerita . misteri angka 128 yang membuatku begitu penasaran..
Alkisah.. katanya..
Sejak dahulu, Chandra menyimpan satu perasaan kepada seseroang yang sudah ia kenal sejak kuliah. Orang yang menurutnya adalah bidadari. Bidadari yang selalu membuatnya berharap kelak menjadi bagian hidupnya.  Bidadari yang juga terkadang melukai perasaannya.
Namanya Agnes. Umurnya sama. Hanya ia selalu menganggap Chandra sebagai sahabat. Sahabat dimana Chandra melihat sendiri bagaimana Agnes memiliki kekasih yang selalu silih berganti dari waktu ke waktu. Tapi yang ia bisa lakukan hanya satu.
Cinta diam-diam.
Ia menjadi pendengar yang baik. Menjadi teman yang baik dan selalu menjadi terbaik untuk membahagiakan agnes. Walau harus menderita karena perasaan yang ia simpan.
“ gue suka deh sama temen loe, Chan..”
“ siapa?”
“ itu yang kemarin ketemu sama kita di mal. Yang loe kenalin namanya Hendra.”
“ oo. Dia. “
“ dia masih single kan?”
“ iya.. sepertinya..” “ tolong dong kenalin..”
“ hm…”
Agnes lalu merangkul pundak Chandra sambil berkata..
“ plz.. janji deh gak mainin dia.”
“ bukan masalah mainini sih.. tapi yang kemarin loe minta kenalin belum seminggu uda diputusinkan?”
“ oo.. itu mah Cuma bercanda kali.. dianya yang anggap serius.. loe gak percaya kalau gua orang baik-baik ya..?”
“ percaya kok.. yauda nanti gua coba Tanya ya.”
“ makasih Chan…”
Selang beberapa minggu Agnes sudah jadian dengan Hendra. Dan mungkin inilah yang sudah kesekian kali Chandra melihat kelakuan orang yang ia sayangin. Tapi ia hanya bisa satu. Diam dan menunggu Agnes kembali kepadanya. Melapor dan bagaimana mengisahkan kisah cinta dia dengan pria-pria lain. Bahkan terkadang dengan air mata yang ia bawa.. kalau sudah begitu. Chandra hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Mengingatkan walau selalu berulang-ulang ia melakukan hal yang sama.
Kali ini menjadi sangat buruk. Agnes benar-bener tak menyangka kalau Hendra mungkin memberikan pengalaman terburuk baginya. Rasa sakit hati dimana ketika ia menyimpan cinta dan malah dipermainkan. Seperti karma. Ia menangis disamping Chandra.
“ sudah gua bilang kan? Gua gak ikut campur kalau sudah begini?”
“ loe sih yang kenalin gua ke dia. Kalau tau dia begitu kan gua gak akan sakit kayak gini..”
“ ya. Ya.. gua selalu salah.. salah dan hanya bisa merasa salah..”
“ kok loe ngomong gitu. Emang loe salah. Kalau tau dia bejat? Kenapa kenalin..”
“ kan loe yang mau..”
Tanpa dosa. Tanpa bersalah dan tanpa menyesal. Selalu Chandra yang disalahkan dalam setiap masalah yang Agnes hadapi.  Selang beberapa minggu,  agnes telah kembali dengan wajah bahagia. Disamping seorang pria yang menurut Chandra lebih buruk dari Hendra.
“ ngapain loe jadian sama dia, dia itu kan penjahat kelamin?”
“ ah. Sok tau,. Loe iri ya lihat gua bahagia sama dia..”
“ kagak, gua Cuma mau ingetin loe.. jangan sampai nanti loe jadi korban..”
Agnes menjadi emosi.
“ gua uda gede. Dan uda berpangalaman pacaran. Gak perlu loe ajarin.. ada juga loe yang perlu belajar dari gua bagaimaan punya pacar? Toh selama ini loe jomblo terus.. atau jangan-jangan loe ini ?”
“ apaaan sih.. gua normal.. gua peduli sama loe..”
“ peduli sebagai teman kan ? gak lebih..?”
Chandra terdiam.
“ kalau pun lebih? Salah?”
“ salah lah..  loe kan buka tipe gua dari ujung kaki sampai rambut.. kita temanan aja lah..” kata agnes santai tanpa sadar menyakiti Chandra.
“ yauda gua pergi.. gua mau kerja..”
“ anterin gua dulu dong.. mau ketemu dia neh..”
“ mau kemana..”
“ dugem coi.. dia uda disana..anterin aja setelah itu loe pergi..”
Dengan terpaksa. Chandra pun pergi mengantarkan agnes ke tempat dugem. Dimana sebenarnya ia merasa tidak rela melihat Agnes ada ditempat seperti ini. sebelum pergi, agnes memperhatikan Chandra.
“ Chan.. kayaknya loe akan terlihat lebih menarik di mata gua, kalau loe pakai anting, bibir loe diantingin dan rambut loe diwarnai kayak ala boyband korea deh..”
“ alah, mau diapain juga tetap jadi teman loe kan?”
“ upss. Siapa tau naik pangkat jadi someone guee..”
Chandra merasa seperti terpanah oleh kata-kata terakhir Agnes.
“ loe beneran?”
“ gak ada yang tau apa yang terjadi di dunia ini selain kita yang menentukan dan kita yang jalanin kan?”
Chandra tersenyum dan membiarkan agnes pergi dengan senyum dan berlalu di tempat dugem. Ia pulang dan mulai berpikir melakukan apa yang agnes katakan., mungkin inilah satu-satunya kunci baginya untuk setidaknya mendapatkan kesempatan walau sedikit mustahil. Menjadi kekasih Agnes.
***
Kini Chandra sudah seperti yang Agnes katakan. Ia pergi menemui Agnes yang malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah sahabatnya yang sudah seperti alah boyband.
“ loe salah makan obat ya? Kok jadi berubah bentuk gini potongannya..”
“ bukannya loe suka yang kayak gini?”
“ hah, kapan gua bilang..?”
Chandra terdiam,
“ yauda lupain aja.. jadi loe suruh gua datang kesini mau ngapain?”
“ gua mau minta dianterin ke tempat cowok gua lah.. yuk..”
Dengan wajah sedikit kesal, Chandra pun pergi mengantar.  Setelah mengantar ia pulang dengan wajah kesal karena telah merombak dirinya sedemikian rupa tetap tidak dihargai sama sekali oleh Agnes. Tiga hari ia menolak untuk menjawab dan menghilang dari Agnes,. Walau sesungguhnya ia pergi ke bandung berlibur dan sengaja tidak membawa nomor kontaknya. Sepulang dari bandung, ia diberitahu oleh ibunya.
“ agnes overdosis dirawat di rumah sakit..”
Dengan panik ia menuju rumah sakit. Mendekat kepada gadis yang ia cintai begitu lama terbujur lemas. Agnes bangun dan menatapnya dengan lemas.
“ loe kemana aja? Kok ilang berhari-hari..” kata agnes.
“ sorry nes., gua ke bandung, gak bawa hendphone gua..  gimana loe? Kok bisa jadi kayak gini..”
“ gua gak tau chan. Tiba-tiba abis dugem gua uda disini.. katanya overdosis.. “
“ yailah,. Kenapa bisa sampai gini sih. Terus cowok loe mana?”
“ gak tau.. dia gak pernah nengok gua.. rasanya uda selesai..” kata agnes menangis.
“ yauda gak usah dipikirin.. yang penting. Loe sembuh dulu..” kata Chandra
“ maafin gua ya.. gua seharusnya dengerin kata-kata loe..sekarang jadi kayak gini.. malu gua.. berulang-ulang bikin loe jadi sibuk sendiri karena gua.”
Chandra merangkul tangan Agnes sambil berkata
“ gak usah peduli apa kata isi hati loe. Yang rasain bahagia kan gua dan loe aja. Selama gua bahagia ada disamping loe. Mau disakitin kayak apapun gua terima kok..”
“ ih.. kok loe jadi gombal sih..”
“ hehehe. Abis kalau serius. Loe tambah nangis. .santai aja. Cepet sembuh ya..”
Agnes mulai memperhatikan semua yang ada tentang Chandra.
“ loe lebih cakep kalau kayak gini.”
“ alah boyband ya.. hahaha, malu sih. Tapi sekarang cuek aja. Emang gua lebih cakep kayak gini, banyak cewek-cewek yang liatin gua..”
Hati agnes tiba-tiba tak suka mendengar tentanng kalimat itu..  tapi ia tidak pernah menyadari apa yang terjadi di hatinya sampai hari berlalu dan berlalu ia bersama Chandra sampai ia keluar dari rumah sakit.
Suatu ketika, di siang tak terduga. Agnes mengajak Chandra ke toko buku milik Angel.
“ Chandra.. loe gak suka baca buku ya novel gitu?”
“sumpah demi apapun kagak doyan” kata Chandra sambil memperhatikan jam tangannya.
“ pantesan loe gak menarik buat cewek.. ..”
“ aneh loe.. bukannya cewek sukanya cowok balap.. ngapain sih kita disini?” kata Chandra sambil memperhatikan seluruh isi ruangan toko buku.
“ gua mau cari buku. Buat disewa.. loe tunggu disini aja. Kalau uda selesai gua balik lagi..”
Chandra duduk sambil memainkan teleponnya dan agnes mencari buku. Beberapa saat kemudian ia kembali. Ia membawa beberapa buku. Dan mereka pergi. Tiba-tiba Chandra ingin mengatakan isi hatinya saat di mobil dalam keadaan macet di jalan.
“ nes.. boleh gua Tanya gak?”
“ Tanya aja. Ngapain pake izin segala?”
“ sebenarnya. Haram gak sih buat loe kalau cowok seperti gua jadi pacar loe..”
Agnes terdiam dan melirik mata Chandra.
“ ini loe lagi bercanda apa serius sih..?”
Chandra terdiam dan hendak mengatakan sesuatu tetapi mobil belakang mulai marah-marah dengan suara klaksonnya yang berisik. Ia melewatkan pertanyaan itu dan sampai tibalah di depan pintu rumah agnes.
“ nes..gua cinta sama loe..?”
Agnes melihat wajah Chandra dengan wajah serius..  “ kok.. bisa?” tanyanya heran.
“ ya itulah isi hati gua.. Cuma itulah yang membuat gua seperti saat ini, saat ingin terus sama loe..walau gua harus melihat sendiri bagaimana waktu ke waktu keadaan loe..”
“ gua ini uda banyak dosa loh.. dan semua dosa gua loe catet kan? Ngobat. Sampai-sampai gua pengen mati.. loe kok masih bisa cinta sama kayak orang dosa gini?”
“ karena gua percaya.. suatu saat loe pasti berubah..”
Agnes turun dari mobil sambil berkata.
“ berubah. Buat apa?”
“ buat gua.. “
Dengan wajah emosi.
“ gak usah ngomongin cinta diantara kita. Ngomongin aja bagaimana kita terus berteman. Cinta itu gak ada dalam hidup gua.. liat gak bokap gua..  pergi gitu aja setelah nyokap gua hamil? Cinta itu bullshit.. Cuma ada didongeng.. kalau loe mau cinta sama gua.. loe sama saja mau jadi korban..”
“ korban apaan. Gua jujur salah ya..”
“ salah.. jadi selama ini loe mau baik sama gua Cuma mengharapkan cinta?”
Chandra terdiam..
“ mungkin.. atau tidak.. gua gak pernah tau.. tapi gua tulus cinta dan menerima apapun yang terjadi dengan loe..”
“ sorry. Gak sempat gua bahas cinta. Gua pamit dulu..”
Agnes pergi begitu saja tanpa rasa dan jawaban. Kini giliran Chandra yang merasa bersalah. Menjadi bodoh karena mengapa tiba-tiba mengungkapkan isi hati. Sudah kehilangan cinta. Kehilangan sahabat. Berhari-hari kemudian. Chandra muncul didepan rumah agnes. Agnes selalu menghindar. Tanpa alasan dan tanpa kata-kata apapun. Sampai akhirnya ia menyerah dan pergi untuk terakhir kalinya bertemu agnes. Agnes melihat Chandra di depan rumah dan merasa simpatik.
“ Chandra.. gua mau kasih tau loe sesuatu. Kalau loe benar-bener pengen tau?apakah gua bisa cinta sama loe.. loe masih ingat kan toko buku yang biasa gua sewa buku. “
“ iya kenapa?”
“ cari di semua bagian novel halaman 128. Disitulah loe tau. Apakah cinta kita bisa atau mustahil..”
“ kenapa gak langsung aja? Kenapa mesti cari di novel?”
“ jangan pernah muncul dihadapan gua sampai loe dapatin novel itu dan jangan pernah telat. Loe hanya boleh cari novel itu di jam 12. Lewat 8. Inget…setelah ini jangan pernah kembali sampai loe nemuin, karena gua akan pernah mau ketemu loe..”
Agnes pergi berjalan perlahan meninggalkan Chandra
“ gua akan cari.. dan cari sampai dapat.. itu janji gua..”
Agnes pun menutup pintu dengan tangis. Memegang bagian perutnya. Menatap kepergian Chandra.
***
Kini aku mengerti mengapa ia memiliki alasan untuk mencari novel di setiap halaman 128. Dan aku merasa simpatik lalu menawarkan bantuan,
“ ngapain mesti cari setiap novel? Tinggal kasih tau aja siapa nama membernya terus aku cari datanya kan gampang..”
“ iya juga ya.. kenapa ga kepikiran,.”
Aku pun mengajaknya ke meja computer. Dan mencari data agnes yang ternyata memiliki member nama yang sama cukup banyak. Karena sistem computer ini hanya mengunakan angka. Maka tidak akan bisa melihat nama lengkap. Tertela agnes dengan jumlah ratusan. Sama saja membuat pusing kepala.
“ ya sulit kalau gini? Ga coba nanya ke agnes berapa nomor member dia?”
“ uda dua minggu ini aku ga bisa nemuin dia. Kan uda janji gak akan nemuin dia sampai berhasil bawa bukunya..”
“ ya..” kataku lemas
“ ya sudah gapapa. Aku balik dulu aja. Besok kan masih bisa cari lagi. Soalnya ada urusan..”
Aku menatap pria itu pergi. Malam sebelum aku menutup toko. Entah mengapa aku jadi terpikir angka 128 yang selalu dikatakan Chandra. Mencoba mencari angka member tersebut. Ternyata bukan milik Agnes. Tapi ketika aku mengubahnya menjadi 821. Secara ajaib muncul nama agnes, dan aku pun menemukan buku yang ia sewa di computer. Aku mencari buku berjudul“ my last love “ di list novel yang ia sewa dan mencarinya di rak novel. Setelah menemukan buku itu, aku langsung membuka halaman 128.
Tertulis dengan bulatan pensil sebuah kalimat
“ bila aku menerima cintamu- apakah kamu masih bersedia menjadi ayah dalam kandunganku? Aku selalu mencintamu sejak saat kita berkenalan, tapi aku tidak pernah mengerti mengapa kau membiarkan aku mendapatkan cinta lain sebelum engkau mengatakan cinta itu sampai kini aku telah tersesat”
Aku pun paham. Bahwa Agnes hamil. Lalu mencari nomor telepon Chandra. Meneleponya dan memintanya untuk segera ke toko buku. Ia terkejut ketika aku menemukan novel itu. Beberapa saat kemudian ia datang dan aku menyerahkan buku itu dan ia membaca kalimat  yang sama denganku.
“ jadi, mungkin itu alasannya.. “
Terima kasih ya Angel. aku pergi dulu.
“ tunggu Chan..” kataku
“ cinta itu tidak selalu berwarna putih. Selalu ada hitam. Tapi keduanya adalah dua hal yang membuat dunia ini terasa indah.. terima lah bila kamu memang cinta..”
“ pasti..”
Aku hanya bisa mengelah nafas. Melihat kisah cinta ini. seperti dalam sebuah dongeng yang tak pernah terjadi. Bagaimana cinta meruntuhkan rasa hitam dalam setiap putih.
Dua minggu kemudian..
Agnes dan Chandra datang, menyerahkan kartu undangan pernikahan.
“ kalian menikah..”
“ karena dengan inilah kelak aku bisa bertanggung jawab sebagai manusia. Cinta dan kasih sayang. Menerima apapun hitam atau putih dalam kehidupan seperti yang kamu bilang.”
Kata Chandra..
tamat

Love n' Life - Agnes Davonar

Sabtu pagi kemaren, gue buka twitter dan FB gue. Trus di FB gue, gue klik deh salah satu temen kampus gue yg merupakan salah satu temen 'awal' waktu masa Ospek.
Dan gue liat temen2 nya. Salah satu temennya t menyolok banget buat dilihat FB y.. Hhe.. :D
Akhirnya gue nemuin Page nya 'Dukungan Martin Mencari Angel'..
Awalnya gue kira gini,, "Masa' FB sekarang jadi tempat ajang nyari orang hilang sih???" Tapi pas gue liat isi Page itu, Gue liat ada filmnya si Luna Maya dn Fathir, My Blackberry Girlfriend (disingkat My BB GF). Ternyata Martin dan Angel itu adalah tokoh dari film My BB GF. My BB GF ternyata diangkat dari novel yang berjudul sama My Blackberry Girlfriend. Gue heran aja dalam hati ngomong,, "jarang-jarang film Indonesia berbasis novel" .. Emg novelnya bagus apa?? smpe bisa diangkat jadi film. Maaf bukannya merendahkan kualitas film kita, tapi jarang ketemu film yang bagus. Biasanya pabrik film kita kebanyakan memproduksi film horor-komedi-porno (Males gak sih tuuuuhhh???!!! Hha..:D). Atu gak,,, filmnya dulu yang keluar,,baru novelnya... tu aneh kan?? Berbalik banget sm sistem di Luar negeri,, biasana novelnya dulu yang keluar, kalo bagus respon dari masyarakat dan kualitas ceritanya OK,,, baru tuh novel diangkat ke layar lebar..
Balik lagi ke cerita Penemuan Page tersebut. Trus gue klik tuh resensi film.
kira'in itu "pure" resensi film,,, Eh,,,ternyata itu blog nya Agnes Davonar

Ya, Agnes Davonar ternyata adalah Penulis dari novel My Blackberry Girlfriend tersebut. Gue baca deh cerpennya mbak Agnes. Dan setelah Gue baca,,, Oh My God! walaupun ending cerita nya (versi cerpennya) nggantung (si Martin gak ketemu2 lagi sama si Angel),, tapi ASLI K.E.R.E.N. banget ni cerita!!!! ke"gantung"annya itu yang nambah bikin kita penasaran dan bahkan menerka2 apa yang terjadi selanjutnya, apakah si Martin nyari2 si Angel (mungkin perlu tim Termehek-Mehek buat bantu'in Angel ny??? Hhe..:D) atau si Martin "nerimo" gitu aja bahwa Angel ninggalin dia tanpa kabar dan bahagia bersama baby nya.



Rasa penasaran gue semakin menjadi-jadi waktu gue ngliat di Recent Posts nya Agnes ada judul gini,,MY LAST LOVE : Kisah Mengharukan cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV dan pas gue klik,,,taraaaaa...... muka Donita sama Evan Sanders nangkring di halaman blog ny Agnes dan hal yang sama terlintas dipikiran gue, paling juga ceritanya gitu-gitu aja. Klise.
Gue baca juga deh tuh cerpen My Last Love.

Gak nyangka! Cerita My Last Love juga keren!

Pemikiran gue jadi berubah dan gue jadi ngebet banget buat nyari novel My BB GF dan My Last Love.

Siangnya gue emang dah janjian dengan teman-teman gue buat karaokean di salah satu tempat karaoke punya salah satu penyanyi dangdut (pasti dah pada tau kan?? dan gak usah sebut merk). Selesai karaoke gue ajakin mereka buat nyari novel itu ke Gramedia. Gak tau nya novel My BB GF nya dah abis. Stok kosong. Sementara novel My Last Love stoknya tinggal 4.
Gue langsung cari di rak buku 3060 sesuai yang tertera di komputer pencari buku.
Gue dapet tuh novel. Tapi di bagian best seller gue nemuin lagi bukunya Agnes Davonar.
Judulnya Love n' Life-Chocolatos. Gue baca ringkasan cerita di sapul belakang buku tersebut. Ternyata buku tersebut merupakan kumpulan cerpen online Agnes Davonar yang udah dibaca online hampir 2 juta pembaca!
Gue jadi tertarik membeli buku itu pula.

Sepulangnya gue ke rumah, gue harusnya ngerjain tugas kuliah gue. Bikin makalah HAPER! Tapi gue malah lebih penasaran buat baca buku Love n' Life! Gue baca sampe jam 11 malem.



RECOMMENDED!!!!


Agnes Davonar pintar sekali dalam mempermainkan emosi para pembaca. Dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti, Agnes mengajak kita untuk menikmati alur cerita setiap cerpennya dengan sangat baik. Bahkan karena hampir di tiap cerpennya memuat tokoh yang bernama Angel. Kita seolah-olah mendengar berbagai cerita dari berbagai versi Angel. Racikan ceritanya pun SUNGGUH ROMANTIS DAN MENYENTUH TANPA GOMBAL-GEMBEL. Bisa dikatakan bukunya sangat menarik untuk dibaca. And one word to say,,"OUTSTADING"! :)

Selain itu buku ini menceritakan inti kisah-kisah yang terkadang kerap kali terjadi di kehidupan nyata. Seperti pada part Cerita Keempat: Kekasihku Daniel dan Cerita ke-Delapan: My Last Valentine. Tokoh Angel yang cantik, karena gengsinya yang tinggi, menolak untuk dikatakan berpacaran dengan Daniel yang sungguh mengasihinya hanya karena Daniel tidak terlalu tampan dan menarik. Terkadang karena tingginya rasa gengsi kita, kita tidak bisa menerima orang yang mencintai kita apa adanya hingga pada akhirnya kita terlambat untuk  menyadari betapa besar kasihnya pada kita.

Sayang, ada satu cerpen bagus di blog nya Agnes yang tidak ikut dimasukkan dalam buku Love n' Life nya. Judulnya "Page 128". Gue suka banget sama cerpen itu juga. BAGUS. Apalagi kalo di blognya ada lagu Shandy Putra yang bisa kita puter buat mengiringi kita selama kita membaca blognya. soundtrack nya bagus dan menyentuh. MELLOW ABIISSSSS!!!

Dulu saya sangat mengagumi novel karya Ilana Tan (untuk versi Indonesia) dan menganggapnya sebagai novelis romantis terbaik (versi saya mungkin. Khususnya di novel Autumn in Paris) tapi sekarang saya berubah pendapat, Agnes Davonar menambah jajaran novelis  drama terbaik dari Indonesia.

SALUT BUAT Agnes Davonar !!!


GOD bless us...:)



Kamis, 17 Mei 2012

OPERA - SUPER JUNIOR

ni MVklip baru nya suju (dah lama keluarnya xi,,tp baru Q upload)..
Kyuhyun oppa,,saranghae... Hha...:D




Kado Untuk Samuel


nah,,ini jg artikel yg gue dapet dari motivatorsuper yang (lagi-lagi) menginspirasi gue dan membuat gue nambah bersyukur pada Tuhan (akhirnya gue tobat.. Hhe..:D But really,,it's such a inspireable article! Love it!) dan gue baca sih,,, bakal diterbit'in novel nya.. jd gak sabar nunggu novelnya keluar. kira-kira kapan yaakkk???
Selamat membaca semoga dapat menginspirasi Anda juga. 

Kado Untuk Samuel
by: Dewa Klasik Alexander

“Mengasihi artinya berbagi kebahagiaan dan berkorban demi kebahagiaan orang yang kita kasihi” – Dewa Klasik Alexander

“Aku menemukan sisi lain dari keindahan dunia ini saat mengenalmu dan ketika aku kehilangan dirimu, engkau menjadi inspirasi bagiku.” – Dewa Klasik Alexander
Aku meneguk sisa es teh tawar yang masih tersisa di gelasku. Ketika aku masih menikmatinya ekor mataku menangkap sosok anak laki-laki yang memperhatikanku. Matanya menatapku. Sebuah tatapan yang menusuk ke dalam hatiku. Tatapan yang penuh iba. Aku meletakkan gelas yang hanya menyisakan es batu yang masih membeku.
“Bu, anak kecil yang duduk di pinggir jalan itu siapa ya?” tanyaku penasaran kepada pemilik warung sambil memandang anak laki-laki tersebut.
“Ow… Duh, kasihan tuh anak, bang!”
“Kasihan kenapa, bu?”
“Sudah seminggu bapanya meninggal gara-gara sakit. Ibunya sih meninggal pas melahirkan dia. Dia ngga punya keluarga lagi. Sekarang sih dia tidur di mana saja karena di usir dari kontrakan.”
“Begitu ya, bu!”
Selesai membayar es teh tawar yang aku pesan. Aku menghampiri anak laki-laki yang hanya mengenakan pakaian kumal tanpa alas kaki. Entah sudah berapa lama dia tidak mengganti pakaiannya.
Semakin aku mendekatinya semakin jelas kelihatan kalau tubuhnya tidak terurus. Dia terus menatapku sampai aku duduk di sampingnya.
“Nama kamu siapa dek?” tanyaku dengan nada bersahabat sambil mengukir sebuah senyuman.
“Aku lapar, kak!” ucapnya sambil memegang perutnya.
Aku mencoba mengingat uang yang masih tersisa di saku dan dompetku. Hanya ada selembar sepuluh ribuan dan dua koin lima ratus.
“Nanti kakak belikan kamu makanan. Tapi nama kamu siapa?” Sekali lagi aku menanyakan namanya.
“Benar kak? Serius? Kakak ngga bohongkan?”
“Iya. Ngapain bohong? Tapi nama kamu siapa?”
Aku melihat senyuman manisnya yang memancarkan barisan giginya yang tersusun rapi tapi berwarna kuning karena tidak pernah disikat.
“Namaku Samuel Lie. Dipanggilnya Samuel. Kalau kakak?”
“Dewantara, panggil saja kak Tara!”
Dia mengulurkan tangannya lalu kusambut. Sebuah jabatan salam perkenalan yang hangat. Terasa kalau tangannya penuh dengan debu ketika tanganku bersentuhan dengan tangan munggilnya. Kukunya yang panjang menyembunyikan daki berwarna hitam di setiap kuku jarinya.
“Yuk, kita makan.”
“Di mana kak?”
“Tuh ada warteg!” ucapku sambil menunjuk sebuah warteg.
Dengan langkah semangat Samuel memegang tanganku dan menuntunku ke warteg tersebut. Wajah murungnya berubah menjadi ceria.
Aku hanya memandangnya dengan mata yang hampir copot. Lahap sekali anak ini makan. Kurang dari lima menit, makanan yang aku pesan sudah tidak tersisa lagi. Sampai menjilat jarinya segala.
“Terima kasih ya, kak!” ucapnya dengan malu-malu.
“Sama-sama,” balasku terharu meski aku tahu jatah makan malamku sudah tidak ada lagi.
*****
Aku manatap Samuel yang tidur terlelap yang hanya beralaskan koran dan tumpukan baju di kosku yang hanya berukuran 2×1,5 meter. Masih terngiang pembicaraan antara aku dengan Samuel sebelum dia terlelap.
“Aku panggil kakak dengan sebutan Ko Dewa ya?”
Aku menatapnya dengan keheranan di antara terang yang dipancarkan lilin kecil. Anehkan? Kos yang aku tinggali hanya seratus ribu sebulan. Tanpa listrik dan tanpa kamar mandi. Jadi kalau mau mandi harus ke WC umum. Itu pun harus bayar. Suara kereta api yang lewat persis di depan kosku sudah menjadi musik tersendiri bagiku. Kata orang ada harga, ada mutu. Seperti itulah gambaran kos di pinggiran rel kereta api.
“Dulu aku punya koko.”
“Trus koko kamu di mana sekarang?”
Hening. Sunyi. Bisu.
“Koko… Koko meninggal karena sakit sama seperti papa. Namanya Ko Daniel.”
Kembali kesunyian mencekam.
“Ngga apa-apakan kalau aku manggil kakak dengan panggilan Ko Dewa?”
Aku berusaha untuk tersenyum, “panggil saja Ko Tara, ya?”
“Oklah kalau begitu.”
Aku tertawa dengan tingkah lakunya yang masih polos.
Karena lelah Samuel langsung tidur terlelap. Sementara aku berusaha menutup mataku diantara suara perutku yang berbunyi karena kelaparan.
*****
“Koko pengen punya toko sendiri,” celotehku ketika mengajaknya ke tempatku bekerja. “Ngga perlu besar, yang penting milik sendiri.”
“Kenapa ngga jadi koki saja?”
“Koki?”
“Iya. Bisa makan sepuasnya. Kita makan ya ko?”
“Kamu lapar?”
“Lapar setengah mati.”
“Tapi uang koko tinggal seribu rupiah. Cuma bisa beli gorengan.”
Samuel hanya menatapku.
“Kamu disini ya, koko beliin kamu gorengan dulu.”
“Iya ko.”
Aku berlari untuk membeli dua potong pisang goreng. Begitu kembali, mata Samuel berbinar-binar ketika menerima dua potong pisang goreng.
“Ini untuk aku dan ini untuk koko,” ucapnya sambil menyerahkan sepotong pisang goreng.
“Untuk kamu saja ya!”
“Ngga mau! Koko kan belum makan apa-apa dari semalam?”
Dengan berat hati aku memakannya juga.
Setelah itu aku langsung melakukan tugasku ketika tiba di toko. Membuka toko, lalu membersihkannya, melayani pembeli dan kemudian menutupnya. Gajinya sih cukup untuk bayar kos, makan, kebutuhan sehari-hari dan biaya transportasi. Tapi beruntung Ko Willy, si empunya toko berbaik hati mengizinkan aku memakai komputernya untuk jualan online. Aku menjual tas yang ada di toko Ko Willy di blogku yang kuberi nama motivatorsuper.com. Keuntungannya memang sedikit. Tapi aku percaya, setia dalam hal yang kecil maka Tuhan akan mempercayakan hal yang lebih besar lagi.
“Nanti kalau ada yang beli tas sama koko, nanti koko traktir kamu di KFC.”
“Wow! Samuel doain semoga laku. AMIN”
Aku hanya tersenyum. Apa lagi melihat tubuhnya sudah bersih. Meski baju yang dikenakannya kebesaran.
Aku belum bisa membelikan Samuel baju sehinga mau ngga mau dia harus memakai pakaianku.
*****
“Kamu sikat gigi pakai garam ya?”
Samuel menatapku dengan kebingungan.
“Odolnya habis. Koko belum bisa beli.”
“Ow.”
“Begini caranya…” ucapku lalu mengambil garam dengan telunjuk tanganku dan menggosokkannya ke gigiku.
“Asin ko!”
Aku tersenyum meski hatiku perih.
“Yah iyalah masa manis.”
*****
“Badanmu panas,” keluhku bingung ketika tanpa sengaja menyentuh tubuhnya. “Kamu sakit ya?”
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut munggil Samuel yang merah. Dahinya berkerut dan bibirnya mendesah menahan sakit.
Sementara di luar kos, gerimis mulai turun.
Tubuh Samuel kedinginan. Tidak ada jaket atau selimut. Aku berusaha menghangatkan tubuhnya dengan menempelkan beberapa baju ke seluruh tubuhnya.
“Kita ke dokter ya?” usulku, meski aku sendiri tidak yakin mendapat pertolongan tanpa uang yang cukup. Orang miskin dilarang sakit! Kalau berobat harus pinjam sana-sini buat biaya berobat. Setelah sembuh kerja keras lagi buat bayar hutang.
Aku semakin bingung ketika Samuel tidak menjawab. Dia hanya mengerang dengan mata tertutup rapat.
Aku menggendong tubuh Samuel dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Entah kenapa aku takut kehilangan Samuel. Meski baru dua minggu mengenalnya. Rasanya seperti terjalin ikatan batin yang kuat diantara kami.
Sehari tanpa ocehan Samuel rasanya ada yang aneh. Pertanyaan-pertanyaan sering terlontar dari mulutnya hingga kadang aku kewalahan menjawabnya.
“Woi, mau ke mana loe?” sergah satpam rumah sakit ketika melihatku. “Enak saja main masuk!”
“Adik saya sakit, pak?”
Satpam tersebut memandangku dan Samuel berkali-kali. Mungkin dia bingung, aku yang pribumi memiliki adik yang keturunan Tionghoa.
“Bawa saja ke rumah sakit lain. Di sini bayarnya mahal. Ngga terima pasien kayak begini!”
Ya Tuhan? Apa rumah sakit ini hanya menerima pasien yang menaiki mobil mewah yang bisa di rawat di sini? Sementara orang miskin sepertiku tidak diterima?
Ketika satpam tersebut mengarahkan mobil mewah untuk mendapatkan parkir aku langsung menerobos masuk. Aku tetap nekat untuk masuk. Apa pun akan aku lakukan untuk Samuel. Satpam tersebut hanya pasrah dengan sikapku. Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang melihatku basah kuyup tanpa alas kaki. Sandal nyang kupakai tadi putus. Mungkin sudah waktunya untuk diganti.
Aku tidak menghiraukan tatapan orang yang memandangku. Dinginnya AC menusuk hingga tulang sum-sumku.
*****
Empat hari kemudian.
“Hemofilia?” tanyaku kaget.
“Penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromosn X,” ucap dokter muda yang cantik perawakannya memberiku penjelasan.
Aku menggagumi kecantikannya.
“Tapi selama ini tidak ada keanehan yang saya temui, seperti pendarahan yang terus menerus atau terjadi benturan pada tubuhnya yang mengakibatkan kebiru-biruan. Kalau boleh tahu, Samuel mengidap hemofilia A atau Hemofilia B, dok?”
“Begitu ya? Hemofilia B.”
Aku terdiam.
“Tidak hanya itu, hasil pemeriksaan menyatakan kalau dia juga positif HIV.”
Aku berdiri seperti patung. Samuel yang masih berumur enam tahun mengidap HIV? Ayah atau ibunyakah yang menularkan? Atau karena dia pernah menjalani transfusi darah dan ternyata Human Immunodeficiency Virus lolos dalam transfusi darah yang dijalanninya.
Kini aku tahu, kenapa tidak ada satu pun keluarganya yang mau menampungnya yang sebatang kara. Mungkin ayahnya meninggal karena HIV juga. Entahlah.
Aku menatap wajah pucat Samuel yang terbaring lemah dengan infus yang terpasang ditubuhnya. Selama Samuel di rawat tidak ada satu pun kata keluh kesah yang keluar dari mulutnya.
Masih jelas tergambar di memoriku pembicaraan kami berdua ketika mengajaknya makan di KFC di salah satu mal di bilangan Jakarta Barat.
“Samuel pengen kado natal!” Ungkap Samuel tiba-tiba begitu melihat nuansa natal yang menghiasi setiap penjuru mal.
“Mau kado apa?”
“Cuma pengen boneka Tazmania.”
“Nanti koko belikan kalau koko sudah punya duit. Beberapa harri ini belum ada tas yang laku. Nanti koko belikan boneka Tazmania yang gede.”
“Yang kecil juga ngga apa-apa kok.”
“Tapi jangan lupa berdoa ya.”
“So, pasti!”
Malamnya sebelum beranjak tidur, kembali dia mengutarakan keinginannya.
“Koko pasti belikan buat kamu. Berharap sebelum natal banyak tas yang laku.”
“Amin!” teriaknya memecah kesunyian malam.
Hatiku miris, seharian aku dan Samuel hanya minum air kran. Tidak ada duit yang tersisa.
“Maafkan koko, Samuel,” bisikku dalam hati sambil mengusap kepalanya.
Menit berikutnya.
Dia mengajakku berdoa. Biasanya aku yang mengajaknya.
“Tuhan… Berkati Ko Tara ya. Berkati pekerjaannya dan usaha on…”
“Online.” timpalku yang mengetahuinya kesulitan menyebut kata tersebut.
“Usaha onlinenya. Berkati juga bloknya.”
Aku tersenyum ketika dia menyebut kata blog dengak pemakaian huruf K dibelakangnya.
“Nama blognya apa ko?”
Motivatorsuper dot com,” ucapku dengan perlahan-lahan.”
“Berkati kamarsolusi dot kom ya Tuhan. Biar banyak orang yang diberkati.”
Aku terharu. Aku meneteskan air mataku.
*****

“Ko, aku mau pulang saja!”
“Kenapa sayang? Di sinikan enak? Ngga kayak di kos koko.”
“Tapi aku kasihan koko harus berhutang untuk bayar semuanya.”
Diam. Sesak.
“Kamu jangan pikirkan itu ya, sayang. Tuhan pasti cukupkan semuanya.”
Tidak ada pilihan selain meminjam uang dengan Ko Willy dengan jaminan gajiku di potong setengah dari seharusnya aku terima setiap bulan.
Sebatang kara seperti ini tidak bisa berharap pertolongan kepada keluarga. Ah, betapa indahnya kalau masih memiliki keluarga. Teman? Ini Jakarta. Uang ngga jatuh dari pohon kayak daun kering. Siapa yang mau memberikan pinjaman kepadaku tanpa jaminan apa-apa yang bisa disita kalau tidak mampu melunasi hutang yang ada? Memberikan pinjaman ke keluarga sendiri saja masih pakai hitung-hitungan. Kalau mau nyumbang harus di ekspos. Berharap kepada manusia memang sering mengecewakan.
“Kamu harus di rawat di sini supaya cepat sembuh.”
“Ko…. Maafkan aku.”
“Kenapa harus minta maaf?”
“Aku sudah merepotkan koko.”
Aku menggenggam tangannya. “Kamu tidak merepotkan kok. Percayalah! Koko malah senang bisa berkorban buat kamu.”
******
Segala macam usaha telah di coba oleh tim dokter yang menangani Samuel. Sudah dua minggu terakhir ini berbagai obat pun silih berganti dimasukkan ke dalam tubuhnya.
Setiap hari berjam-jam aku menemaninya setelah pulang dari jaga toko. Mengobrol, bergurau atau kadang-kadang berdongeng untuknya.
“Ko, apa artinya meninggal dunia?”
Pertanyaan yang menghentakkan diriku yang lelah dan lapar. HIV sudah memorak-porandakan seluruh sistem pertahanan tubuh Samuel. Infeksi yang tidak terlalu berat pun dapat menimbulkan penyakit yang fatal.
“Artinya, kamu akan suatu tempat yang jauh. Tempat di mana kamu berasal.”
“Perginya sendirian?” tanyanya lemah.
Mataku berkaca-kaca. Namun aku mencoba untuk menahan agar air mata itu tidak jatuh.
“Sendirian. Tapi kamu jangan takut.”
“Kalau aku meninggal dunia, siapa yang akan menemani koko?”
Akhirnya air mataku juga jatuh. Diantara penderitaannya dia masih memikirkanku.
“Aku tahu, koko sering ngga makan biar aku kenyang. Koko sering jalan kaki pulang pergi ke toko biar bisa belikan aku sesuatu setiap hari. Nanti di sana, siapa yang motongin kuku Samuel?” ucapnya sambil meneteskan air matanya.
Aku memeluknya.
“Kamu ngga usah mikirin koko ya, sayang! Tuhan pasti menjaga koko.”
“Nanti kalau aku sudah besar dan punya uang yang banyak. Aku mau belikan koko sebuah toko. Biar koko ngga usah kerja lagi. Trus belikan koko rumah dan mobil, biar kalau hujan bisa tetap tidur enak dan tidak perlu lagi jalan kaki.”
Mulutku tertutup rapat. Bungkam. Tak ada kata yang bisa melewati kerongkonganku. Di tengah rasa sakitnya, dia masih menyimpan sebuah impian. Bukan keluh kesah karena sakit yang di deranya.
******

Aku membawa sebuah boneka Tazmania kecil untuk Samuel. Samuel yang terbaring lemah memaksakan senyumannya.
“Ko…”
“Kenapa sayang?”
“Besok aku tidak bisa ikut koko natalan di gereja.”
“Ngga apa-apa.”
“Kamu suka ngga bonekanya?”
“Terima… kasih… ya, ko! Bonekanya bagus banget.”
“Maafkan koko ya. Koko ngga bisa belikan kamu boneka yang gede.”
“Ko, aku mau… kasih koko… kado.”
Aku tercengang!
“Aku cuma… bisa kasih lagu buat koko…”
Aku mendekatkan kupingku di wajah Samuel. Suaranya semakin pelan.

“Ku yakin saat Kau berfirman
Ku menang saat Kau bertindak
Hidupku hanya ditentukan oleh perkataanMu
Ku aman karna Kau menjaga
Ku kuat karna Kau menopang
Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil
Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin
MujizatNya disediakan bagiku
Ku diangkat dan dipulihkanNya”

Air mataku terus jatuh ketika dengan susah payah dia menyelesaikan lagu tersebut. Meski sudah tidak ada lagi harapan Samuel tetap percaya mujizat itu ada.
“Selamat natal ya ko,” ucapnya dengan sangat pelan.
“Selamat natal juga sayang.”
“Ko…”
“Iya, sayang!”
“Koko bisa nyanyikan aku lagi malam kudus? Tapi pake bahasa inggris.”
Tanpa berpikir panjang aku memenuhi permintaan Samuel.

Silent night, holy night
All is calm and all is bright
Round yon virgin mother and child
Holy infant so tender and mild
Sleep in heavenly peace
Sleep in heavenly peace

Silent night, holy night
Shepherds quake at the sight
Glories stream from Heaven afar
Heavenly hosts sing halleluia
Christ the savior is born
Christ our savior is born

Silent night, holy night
Son of God
Love’s pure light
Radiant beams from thy holy face
With the dawn of redeeming grace
Jesus Lord at thy birth
Jesus Lord at thy birth
Halleluia!
Halleluia!
Halleluia!
Christ the savior is born

Tangan kanan Samuel mendekap boneka Tazmanianya sementara tangan kirinya menggengam tanganku.
Genggamannya makin lama makin lembut hingga tak ada lagi nadinya yang berdetak.
“Surga menantimu, pahlawan kecilku,” bisikku dikupingnya yang dingin.
*****

MESKI TANPA AIR MATA






Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
(Mazmur 6:7)
Yaah…. air mata identik dengan masalah, kesesakan dan kesedihan hati.
Kita sering mengasosiasikan orang yang sedang menangis sebagai orang yang sedang menderita, walaupun ada juga air mata bahagia…, karena saking terharunya atas suatu peristiwa yang membahagiakan hati. Tapi memang lebih banyak air mata keluar dikarenakan penderitaan.
Bani Korah menuliskan mazmur yang menunjukkan kesesakan hatinya,
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, “Di mana Allahmu?”
(Mazmur 42:4a)
sampai-sampai air mata terus mengalir tiada henti-hentinya…
Masyarakat sering menganggap orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah hati, bahkan ada ajaran tak tertulis “Anak laki-laki sejak kecil harus diajarkan tidak boleh menunjukkan air matanya di depan orang lain”, karena terkesan lemah dan tidak jantan…
Sampai suatu hari untuk pertama kalinya…. yaaah untuk pertama kalinya saya menyadari, ‘betapa beruntungnya saya masih punya air mata’.
Betapa beruntungnya teman-teman , karena teman-teman masih bisa menangis…..
Suatu kesaksian yang mengharu-biru dari Pdt Samuel Irwan.
Beliau pernah terkena penyakit kulit maha dahsyat yang sekarang meninggalkan jejak di matanya. Tidak bisa menangis lagi karena kelenjar air matanya sudah mampet akibat penyakit yang dialaminya.
Melihat penampilan beliau ketika berkotbah, sepintas tidak ada perbedaan dengan orang lain pada umumnya, kecuali mata yang kelihatan agak basah …
Menelusuri kesaksiaannya, jelas sekali panggilan beliau adalah sebagai hamba Tuhan.
Samuel Irwan, sejak umur 14 tahun sudah melayani Tuhan, dan setahun kemudian sudah menjadi pengkhotbah cilik. Setamat SMA, Samuel Irwan melanjutkan pendidikan di Sekolah Theologia STT Tawangmangu.
Di sekolah inilah Samuel Irwan mengalami pembentukan karakter lebih lagi, dan sebelum lulus Samuel Irwan bernazar, kelak akan melayani Tuhan sepenuh waktu, di manapun Tuhan akan mengutus dan menempatkannya.



TEMPAT MULAI MENJALANI NAZAR
Setelah lulus dari STT Tawangmangu, tahun 1993 Samuel Irwan menjalani masa praktek dan ditempatkan di Kecamatan Mangkupalas, Samarinda, Kalimantan Timur.
Di tempat inilah ia mulai menjalani kehidupan sebagai hamba Tuhan sepenuh waktu. Semua dijalani dengan sukacita dan penuh semangat walaupun harus meninggalkan kehidupan nyaman di Surabaya dan menjalani kehidupan yang berat di Kalimantan dengan persembahan kasih yang sangat kecil.
Hanya Rp 80.000 per bulan.
Tinggal di rumah yang sangat sederhana, banyak tikus berkeliaran, mengepel rumah, mencuci pakaian dan piring di parit, membersihkan gereja, melayani sebagai pengerja di gereja adalah kegiatan yang dijalaninya hari demi hari. Tidak terasa sudah dijalani selama 2 tahun.
“Bagaimana saya bisa berumah tangga dengan kehidupan ekonomi yang minim seperti ini?
Mana ada yang mau jadi istri saya?
Mana ada orang tua yang mau memberikan anak perempuannya kepada saya?
Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya?”
Berbagai pertanyaan dan keluhan mulai menyesakkan hatinya di tengah-tengah kerinduan untuk mulai membina rumah tangga. Dan hatinya memang sudah mulai terpaut dengan seorang gadis cantik yang dikenalnya di pertandingan vocal group di sebuah gereja di Samarinda.
Samuel Irwan mulai memikirkan untuk tidak lagi menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu. Apalagi banyak testi anak-anak Tuhan yang sukses dalam pekerjaan tapi juga tetap setia melayani Tuhan, membuat ia memutuskan berhenti jadi fulltimer dan mulai melamar pekerjaan sekuler.
Ketika gembala sidang bertanya tentang nazarnya, Samuel Irwan berkata,“Saya meralat nazar saya.”
Airmata dan perkataan gembala sidang, “Gereja memang nggak bisa memberikan gaji besar, tapi Tuhan mampu pelihara hidupmu…..” tidak mampu menghentikan tekad Samuel Irwan untuk berhenti jadi full timer gereja.
Berbekal ijazah SMA, kemampuan komputer dan Inggris, tahun 1995, Samuel Irwan diterima bekerja di sebuah perusahaan kayu. Benar-benar mulai dari posisi bawah , hanya sebagai operator radio.
Karena keuletannya dalam bekerja dan kemampuannya di bidang komputer, hanya dalam waktu 5 bulan ia diangkat menjadi kepala produksi log di perusahaan kayu itu.
Berkat finansial mulai mengalir dengan deras sehingga bisa mengontrak rumah, membeli perabotan, sepeda motor membuatnya yakin berada di track yang benar.
Menikah dengan Erna S. Tjandra, di tahun 1996 dan dikaruniakan seorang putri setahun berikutnya membuat kebahagiannya semakin lengkap.
Kedudukan tinggi di perusahaan, punya istri, anak, rumah, kendaraan.
What else could make him happier?
Kalau dulu saat ingin bekerja di dunia sekuler, Samuel Irwan berkata kepada Tuhan, akan melayani Tuhan sambil bekerja, sekarang keinginan melayani sudah tidak prioritas lagi.
Peringatan dari hamba-hamba Tuhan yang mengingatkan akan nazarnya tidak diindahkan.
Sampai……

STEVENS-JOHNSON SYNDROM (SJS)
2 Januari 1998, Samuel Irwan merasakan keluhan masuk angin, demam, tenggorokan sakit dan mata merah. Sepertinya sakit biasa. Berobat ke dokter mata, dan diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. Keesokan harinya, ternyata demam tidak kunjung turun juga, malah mulai timbul bintik-bintik merah pada lengannya. Telapak tangan dan kaki terasa sakit dan nyeri jika memegang atau menginjak suatu benda keras.
Berinisiatif sendiri untuk pergi ke dokter umum dan diresepkan obat pembunuh virus Zoter 400mg karena menurut diagnosa dokter ia terkena infeksi virus ditambah dengan obat penurun panas. Samuel tidak menceritakan kepada dokter umum itu bahwa ia juga diberi beberapa jenis obat oleh dokter mata. Selain itu ia juga membeli beberapa obat flu bebas dan jamu, apa saja yang menurut pengetahuannya bisa menyembuhkan gejala-gejala yang dialaminya.
Setibanya di rumah, Samuel Irwan meminum semua obat dari kedua dokter tersebut, ditambah obat bebas yang dibeli sendiri, semua dengan dosis yang tertulis, karena ingin cepat sembuh.
Akibatnya sungguh mengerikan karena mencampur sendiri beberapa jenis obat tersebut.
Bintik-bintik merah itu mulai melepuh dan gosong, dan mulai merambat sampai ke dada, tengkuk, leher, muka dan kondisi mata semakin memburuk, semakin merah. Kerongkongan, rongga mulut dan lidah juga melepuh.
Tidak cukup sampai di situ, kondisi ini semakin tambah parah karena di kulit seperti ada air dan nanah yang membusuk.
Dirujuk ke RS di Samarinda, 7 Januari 1998 Samuel Irwan menjalani rawat inap.
Salah seorang anggota tim dokter yang menangani, seorang dokter kulit mengatakan bahwa Samuel Irwan mengidap penyakit Stevens-Johnson Syndrome (SJS) stadium 3.
Kondisi tubuh Samuel Irwan saat itu seperti orang yang terkena luka bakar 80%. Semua bagian tubuh tidak ada yang terluput; melepuh, gosong, dan bernanah, dari kepala sampai ujung kaki, kecuali paha dan betis.

DI BATAS AKHIR KEKUATAN

Samuel Irwan mengingat masa itu, “Kalau sedang tidur dengan posisi miring, dan tidak hati-hati dan pelan-pelan menggerakkan wajah ke posisi lain, maka kulit muka akan tercuil dan lengket di seprei. Pediihhh sekali…..”
Demam juga tidak kunjung turun, sampai 42 derajat Celcius, sehingga kalau sedang menggigil ranjang bergoncang dengan kerasnya seperti sedang gempa bumi. Harus dimasukkan ke ruang isolasi, bukan karena SJS ini adalah penyakit menular, tetapi karena takut penyakit pasien lain menular kepada Samuel Irwan yang dapat memperburuk keadaannya.
Suatu hari mata yang selalu merah itu seperti kelilipan dan Samuel meminta suster untuk menyiram matanya dengan boorwater. Ketika bangun tidur, bukannya jadi baikan, ternyata malah kedua belah mata jadi putih semua, seperti ditutupi kertas HVS putih.
Samuel Irwan sangat marah kepada para dokter dan suster yang merawatnya.
Dan juga sangat marah kepada Tuhan, “Tuhaaaan….. saya butuh mata ini untuk bekerja…..”
Saat di batas akhir kekuatannya, saat mata tidak lagi bisa dipakai untuk melihat, Samuel Irwan minta pengampunan kepada Tuhan.

Dokter di Samarinda semuanya sudah angkat tangan dan merujuk Samuel Irwan ke rumah sakit di Surabaya. Malam sebelum keberangkatan ke Surabaya, Samuel Irwan menyadari panggilannya kembali.
Ia memanggil gembala sidangnya yang dulu, untuk berdoa minta ampun karena lari dari Tuhan.
Saat itu Samuel Irwan berjanji jika Tuhan masih beri kemurahan untuk hidup maka ia akan melayani Tuhan sepenuhnya kembali.
Dengan bantuan seorang gembala GBI di Samarinda, Samuel Irwan dibawa ke Surabaya.
Kondisi Samuel saat itu tidak bisa berjalan lagi karena kaki juga melepuh.
Saat akan naik tangga pesawat, karena tidak bisa berjalan, seorang portir yang tidak mengetahui penyakitnya, berusaha menolong dengan menggendong Samuel ke kabin pesawat. Gerakan tiba-tiba mengangkat Samuel yang sedang duduk di kursi roda, membuat kulitnya robek tertarik, dan Samuel menjerit keras sekali. Perjalanan yang sangat tidak mudah untuk sebuah harapan kesembuhan.

WALAUPUN TIADA DASAR UNTUK BERHARAP

Tim dokter yang menerima di Surabaya sangat kaget melihat kondisi tubuh Samuel Irwan. Mereka tidak menyangka kondisi Samuel sudah begitu parah sekali.
Sebelumnya mereka pernah menangani pasien yang mengidap sakit SJS ini dengan kondisi hanya sepertiga dari kondisi Samuel. Pasien ini akhirnya meninggal dunia, …. apalagi Samuel?
Saat baju dibuka untuk dirontgen, kulit punggung kembali robek.
Warna yang putih dipunggung adalah daging yang kelihatan akibat kulit tersobek, dan warna merah adalah darah yang keluar.
Detail hasil rontgen: lambung, pankreas, liver, bagian-bagian dalam tubuh, semuanya rusak. Sehingga diperkirakan Samuel hanya bisa bertahan 3 minggu.
Karena sudah menjalani penyakit SJS ini sejak 2 Januari 1998, maka diperkirakan Samuel Irwan hanya bisa bertahan sampai 23 Januari 1998. Sehingga diminta untuk segera menghadirkan istrinya ke Surabaya, membawa anak mereka yang baru berusia 2 bulan.
Seorang dokter kulit lulusan Jerman berkata, kalaupun Samuel bisa sembuh dari penyakit SJS ini, perlu 2 tahun untuk recovery kondisi kulitnya untuk kembali seperti semula.
Dokter mata, yang juga lulusan Jerman berkata, kalaupun sembuh, akan buta selamanya, tidak ada lagi harapan untuk mata Samuel.
Tiada dasar untuk berharap, namun Samuel Irwan tetap berharap kepada Tuhan seperti Abraham dalam kitab Roma,
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
(Roma 4:18-21)
“A VIRTUOUS WOMAN’S PRICE IS FAR ABOVE RUBIES”
Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata.
(Amsal 31:10)

Ayat ini layak ditujukan kepada Erna Tjandra, istri dari Samuel Irwan, yang dengan tekun merawat suaminya. Tidak pernah sekalipun menunjukkan kejijikan kepada suami yang sudah sangat hancur tubuhnya. Dengan kondisi yang sudah sangat berbau busuk dan amis, tidak pernah sekalipun Erna masuk ke ruangan isolasi dengan memakai masker. Tidak pernah sekalipun.
Dengan setia ia merawat borok-borok di tubuh Samuel, menyikat gigi Samuel dengan jari-jarinya, membersihkan kotoran di ranjang, semua dilakukan tanpa mengeluh dan selalu tersenyum.
Semua dilakukan dengan kasih. She showed us an unconditional love.
Tidak terkira impartasi kekuatan yang diberikannya kepada sang suami yang sedang berjuang melawan maut. Erna berkali-kali menguatkan Samuel untuk tetap berharap kepada Tuhan.
PENDERITAAN TAK BERUJUNG ?

Rutinitas pengobatan Samuel setiap hari juga menjadi rutinitas penderitaannya.
Tubuh yang sudah melepuh, gosong, bernanah itu setiap hari harus diberi salep dan diperban.
Esok paginya perban itu harus diganti. Ketika perban dibuka maka kembali kulitnya sobek dan menempel di perban tsb. Sakit sekali, dan harus dijalani selama 1,5 jam dari pukul 9 pagi sampai 10.30 siang. Setiap hari selama 1,5 jam berteriak-teriak kesakitan. Demikian juga ketika seprei akan diganti. Kembali kulit akan tersobek dan lengket di sprei.
Dukungan dari istri dan pihak keluarga Samuel Irwan sangat besar sekali.
Tak henti-hentinya mereka berdoa puasa rantai memohon kemurahan Tuhan untuk menyembuhkan Samuel.
Tapi keadaan Samuel bukannya membaik, malah bertambah parah. Ke 20 kuku di jari-jarinya copot satu persatu, telapak tangan dan kaki menggelembung berisi air, telinga dan hidung melepuh mengeluarkan darah. Berat badan turun dari 68 kg menjadi 43 kg. Sistem reproduksi juga diserang sehingga diperkirakan kalaupun sembuh tidak bisa punya keturunan lagi.
Keadaan Samuel bukannya makin sembuh, malah semakin parah.
BERNAZAR LAGI

Samuel kembali berkata, “Tuhan ampuni saya, … kalau saya sembuh, saya akan kembali melayani Engkau sepenuh waktu. Saya akan tinggalkan pekerjaan saya, saya akan bayar nazar saya. Terimalah tubuhku yang sudah busuk ini. Ampuni saya Tuhan….”
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;
hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina,
ya Allah.
(Mazmur 51:19)
Kalimat di atas dengan tulus dan hancur hati diucapkan seseorang yang pernah berbuat kesalahan dan kemudian kembali kepada Tuhan. Dialah Daud. Sejarah mencatat Tuhan memulihkan Daud.
Bagaimana dengan Samuel Irwan?
GOD IS STILL DOING MIRACLE BUSINESS
Banyak orang yang undur imannya saat doa-doanya belum dijawab oleh Tuhan.Tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan, Tuhan sanggup menjawab doa.
Tidak demikian dengan Samuel Irwan, beserta seluruh keluarganya. Juga orang-orang yang setia mendoakannya. Mereka begitu percaya kepada Tuhan dan belas kasihanNya,
Tanggal 23 Januari 1998, tanggal dimana Samuel diperkirakan akan meninggal dunia, justru menjadi titik balik dalam proses kesembuhannya.
Perawat yang seperti biasa tiap pagi merawat kulit Samuel, dikagetkan melihat kulit Samuel mulai mengering dan sembuh.
Kekagetan itu bertambah dengan pertanyaan Samuel, “Suster…., saya ini dirumah sakit Adi Husada Kapasari Surabaya ya ?” Dengan terheran-heran, suster balik bertanya, “Loh….kok bapak tau?”. Lalu Samuel menunjuk dengan jarinya sebuah tulisan berwarna merah yang tertera di sprei kasurnya sambil berkata, ”Ini ada tulisannya”. Suster gembira sekali sambil berlari keluar memanggil dokter mata.
Semua tim dokter yang menangai penyakit SJS ini heran sekali atas apa yang dialami Samuel.
Mata bisa sembuh tanpa operasi. Bagian dalam tubuh seperti ginjal, liver, lambung, dll semua sembuh dan normal kemnali. 2 hari kemudian Samuel sudah bisa berjalan kembali, dan proses recovery berjalan dengan cepat. Tidak perlu menunggu sampai 2 tahun untuk kulit Samuel menjadi normal kembali, dan … sembuh tanpa operasi plastik (!!!)
Penyakit SJS terparah yang pernah ditangani di RS tsb, sembuh total
(bahkan kini Samuel Irwan sudah dikaruniai lagi anak perempuan ke 2, tanggal 31 Mei 1999, hanya setahun sesudah mengalami kesembuhan).
Tuhan Yesus memang luar biasa. DAHSYAT !!!

MENETESKAN ‘TEAR DROPS’. EVERY 15 MINUTES !

Kulit Samuel Irwan menjadi normal kembali. Tidak ada bercak atau tanda sedikitpun yang menyiratkan bahwa ia pernah disiksa oleh penyakit kulit ganas tsb. Kecuali matanya.
Kalaupun dipaksakan untuk mengeluarkan air mata, maka otot kelopak mata atas dan bawah seperti diperas dan terasa sakit sekali. Sehingga mau tidak mau, Samuel harus menggunakan tetes air mata buatan.
Saat berkotbah tiap 15 menit sekali Samuel Irwan meneteskan air mata buatan agar matanya tidak kering dan lengket, tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya melayani Tuhan.
Obat tetes mata yang digunakan saat ini adalah buatan USA “Refresh Liquidgel” berharga $24 per botol, dan habis digunakan dalam 3 hari saja. Belum lagi karena obat ini harus dipesan dari Singapore, maka total biaya untuk pengganti air mata yang harus disediakan perbulan adalah sebesar
Rp 3.000.000,-.

BETAPA MAHALNYA TETESAN AIR MATA !!!

Tidak sedikit uang yang sudah dihabiskan untuk pengobatan mata dan pengadaan air mata buatan.
Selama 12 tahun tidak punya air mata (tahun 1998-2010), biaya yang dihabiskan sudah sekitar 1,6 Milyar.
Hanya untuk air mata !!!
Itu sebabnya di awal tulisan ini saya berkata, berbahagialah kalau masih bisa menangis.
Pertama, tingkatan stress bisa diturunkan saat menangis, sehingga kita tidak menjadi depresi. Kedua, tidak perlu bayar M-M an untuk air mata.
Jarak pandang yang hanya sekitar 1 meter, membuat Samuel Irwan harus membawa keker (binocular) saat berada di bandara supaya tidak salah memilih gate dan dan membaca no pesawat.
Ada kesaksian yang luar biasa saat Samuel Irwan sedang berada di Changi, Singapura, sedang transit menunggu pesawat ke Jepang dan Amerika.
Seorang polisi India menegur dengan keras mengira Samuel sedang memakai kamera. Dengan tegas ia menegur, “No camera in this airport, sir!”.
Samuel menjelaskan bahwa itu binocular untuk menolong membaca karena matanya tidak bisa membaca jarak jauh.
Singkat cerita, Samuel berusaha meyakinkan polisi India tsb dan memperlihatkan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkannya dari penyakit SJS, sambil menunjukkan foto-foto diri saat menderita SJS yang ada dimobile phone nya. Samuel berkata, “Tuhan menyuruh saya ke Jepang dan Amerika untuk memberitakan kebaikanNya. Apakah Bapak bisa menolong saya menunjukkan meja yang harus saya datangi untuk check-in?”
Apa yang terjadi? Polisi itu menangis.
Ia berkata, “Sebelum saya menolong Anda, Anda harus tolong saya.”
Ternyata sehari sebelumnya polisi ini bertengkar hebat dengan istrinya dan istrinya minta cerai. Anak mereka juga jadi anak berandalan, tidak bisa dikendalikan. Sebuah rumah tangga yang sangat berantakan.
Ia berkata bahwa banyak orang yang menceritakan Yesus sanggup mendamaikan keluarganya, tapi ia pikir semua itu omong kosong.
Dan sambil menyentuh tangan Samuel Irwan, polisi itu berkata, “Ini kulit baru, sungguh ini bukti nyata.” Saat itu juga ia minta dibimbing untuk terima Tuhan Yesus.
Sesudahnya, saat mengantar Samuel Irwan boarding ia berkata, “I never feel peace like this, … thank you.”
Di kursi pesawat, Samuel Irwan merenung…., “Tuhan….kalau memang mata ini bisa membuat orang yang suka mengeluh menjadi bisa bersyukur, bisa membuat orang berdosa diselamatkan…., mata saya tidak disembuhkan tidak apa-apa Tuhan…, karena saya bersyukur mata ini bisa memuliakan Tuhan….”

MENCERITAKAN KEBAIKAN TUHAN

Melalui semua yang dialaminya, Pdt Samuel Irwan sudah pergi ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan melayani sampai ke bangsa-bangsa untuk menceritakan kebaikan Tuhan.
Keterbatasan fisik tidak mampu mengurangi semangatnya yang rindu melayani Tuhan dan memberitakan kepada uamatNya bahwa Tuhan itu baik dan kuasaNya maha dahsyat.
Banyak orang yang dijamah Tuhan dan disembuhkan, bukan hanya orang yang sakit secara fisik, tetapi juga orang yang sehat tapi sudah jauh dari Tuhan. Merasakan kembali kasih Tuhan dan mengambil keputusan untuk kembali kepada Tuhan.

“DALAM KELEMAHANKU, KEKUATANNYA DINYATAKAN”
Pernah suatu ketika obat tetes mata sudah habis, sementara pesanan dari Singapura terlambat datang. Ketika botol itu kosong, terjadi mujizat. Setiap kali diteteskan ke mata, obat tsb masih menetes, walaupun kalau botolnya digoncang tidak ada bunyi apa-apa karena memang sudah kosong.
Botol kosong itu terus meneteskan air mata buatan setiap kali digunakan, sampai pesanan obat baru dari Singapura datang. Ketika kembali diteteskan, botol kosong tsb tidak mengalirkan apa-apa lagi, karena penggantinya sudah datang.
Jarak pandang yang hanya 1 meter tidak memupuskan semangat Samuel Irwan untuk belajar lagi dan menyelesaikan pendidikan S1 Theologia di STT Duta Panisal Jember. Walaupun saat kuliah harus membawa alat bantu seperti binocular dan kaca pembesar agar bisa membaca lebih jelas.
Kegigihannya dan semangat pantang menyerah juga dibuktikan dengan melanjutkan sampai study Magister dibidang Biblical Strata 2, dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Masih belum cukup, seakan berpacu dengan waktu, Samuel Irwan meneruskan study penggembalaan dan penginjilan di Haggai Institute Hawaii USA.
Semua dilakukan dalam segala kelemahan yang dimilikinya. Tapi kekuatan Tuhan yang menopangnya, membuat Samuel Irwan mampu melalui semuanya dengan baik.

GOD IS GOOD. ALL THE TIME.
Berbeda-beda interpretasi orang yang mendengarkan kesaksian bapak Pdt Samuel Irwan Santoso,S.Th,MA, yang sejak tahun 2006 hingga sekarang menggembalakan jemaat di GBI Bontang, Kalimantan Timur.
Tapi yang tertanam di hati saya, adalah :

TUHAN ITU BAIK
Bahkan ketika beliau diijinkan mengidap penyakit SJS, di mata saya itu bukanlah penghukuman karena suatu kesalahan. Tapi cara Tuhan untuk membawa beliau kembali kepada panggilanNya.
Karena besar kemuliaanNya yang akan Dia tunjukkan kepada kita semua melalui pelayanan beliau.

TUHAN ITU BAIK
Tuhan tidak pernah meninggalkan beliau, bahkan saat berjalan dalam lembah bayang-bayang maut.
Terbukti dari biaya pesawat dan pengobatan ke Surabaya, (saat itu harga-harga obat melambung tinggi karena krisis moneter), semuanya ditanggung seorang pengusaha di Samarinda, yang bukanlah orang percaya, tapi digerakkan hatinya oleh Tuhan untuk memikul beban itu.
Juga biaya air mata buatan yang tidak sedikit selama 12 tahun ini, (Milyar….bo’) yang tidak mungkin sanggup dibeli oleh beliau, semua disediakan Tuhan melalui orang yang berbeda-beda yang digerakkan hatinya oleh Tuhan.

TUHAN ITU BAIK
Kalau teman-teman dan saya diijinkan untuk mendengar atau membaca kesaksian ini, pasti karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur lagi menjalani hari-hari yang tidak semakin baik ini.
Kalau sedang menangis di hari-hari ini, bersyukurlah, karena semua air mata kita itu gratis dari Tuhan. Bayangkan kalau kita harus bayar Rp 3 juta per bulan hanya untuk air mata?
Dan sekalipun saat ini kita sedang menangis, Tuhan ingin kita semua tahu, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya.
Melewati lembah bayang-bayang maut sekalipun, kita tidak takut bahaya, karena Tuhan menyertai kita.


Terima kasih Tuhan untuk air mata yang masih ada buat saya. 

GOD IS GOOD FOR ALL THE TIME!

God bless us.
:)